Di Reuni Alumni, TA KPU RI: Saya Bangga Jadi Alumni Miftahul Ihsan

Porosbaru.com, Sumenep : Acara Istighosah dan Reuni Lintas Generasi Pondok Pesantren Miftahul Ihsan, yang berlokasi di Desa Errabu, Kecamatan Bluto, Kabupaten Sumenep, Jawa Timur, berlangsung khidmat, Jumat (4/4/2024). Acara ini dihadiri alumni dari berbagai angkatan yang datang untuk bersilaturahmi dan mengenang masa-masa mereka di pesantren.

Salah satu momen yang mengesankan dalam acara ini adalah saat Moh Sakir, Tenaga Ahli di Komisi Pemilihan Umum Republik Indonesia (KPU RI), memberikan testimoni pribadinya. Alumni angkatan pertama MTs. Miftahul Ihsan ini menyampaikan rasa syukur dan kebanggaannya pernah menempuh pendidikan di Pondok Pesantren Miftahul Ihsan.

“Kalau ditanya apakah saya bangga jadi alumni Miftahul Ihsan, 1000 persen bangga jadi alumni Miftahul Ihsan. Apa perlu saya bersumpah (untuk membuktikan kebanggaan)? Saya sendiri bangga,” tegas Sakir saat menyampaikan testimoni di hadapan para hadirin.

Sakir juga menyampaikan bahwa ikatan keluarganya dengan pesantren sangat kuat. Kedua orang tuanya juga merupakan santri di Miftahul Ihsan.

“Alhamdulillah, saya di Miftahul Ihsan memang sejak dari orang tua nyantri di sini, berguru di sini. Lanjut ke saya. Jadi kalau ditanya sebagai testimoni, alhamdulillah saya jadi santri Miftahul Ihsan,” sambungnya.

Lebih jauh, Sakir menyebut bahwa Miftahul Ihsan adalah sumber barokah dalam kehidupannya. Ia meyakini bahwa keberhasilannya selama ini tidak lepas dari doa para guru.

“Miftahul Ihsan, menurut saya sebagai santri, bukan pengamat pendidikan, bukan juga orang luar yang lihat pesantren, tapi saya santri yang mengalami sendiri menyaksikan bahwa Miftahul Ihsan bagian dari sumber barokah bagi saya,” ucapnya.

Ia pun menjelaskan makna barokah yang diyakininya menjadi kunci perjalanan hidupnya.

“Barokah definisinya sederhana, Ziyadatul khair minallah, bertambahnya kebaikan langsung dari Allah. Makanya tadi saya bilang jadi saksi bahwa Miftahul Ihsan sumbernya (barokah) karena saya sendiri merasakan ziyadah ini,” jelasnya.

Dalam testimoninya, Sakir juga membagikan pengalaman merantau ke Jakarta pada 2009 setelah menyelesaikan studi S1 di bidang Pendidikan Agama Islam. Ia memulai kariernya di sebuah lembaga penelitian, meskipun latar belakang pendidikannya tak relevan dengan bidang tersebut.

“Tak masuk akal. Secara ijazah nggak masuk. Saya sendiri berpikir apa kalau bukan doa guru. Ini semua pasti ada doa guru,” katanya.

Saat ini, ia bekerja sebagai Tenaga Ahli di KPU RI, bersanding dengan lulusan kampus-kampus ternama seperti UI dan UGM. Ia merasa semua itu bisa terjadi karena keberkahan yang ia peroleh dari pesantren.

“Saya hanya ingin menyampaikan bahwa ada banyak hal yang tidak masuk akal. Apa yang tidak masuk akal ini, pasti karena ada doa guru,” ucapnya.

Dengan penuh semangat, Sakir pun mengajak para alumni untuk terus bangga menjadi bagian dari Miftahul Ihsan. “Harus Bangga menjadi santri Miftahul Ihsan. Karena saya sendiri yakin Miftahul Ihsan sumbernya barokah. Akan ada banyak tambahan kebaikan. Akan ketemu hal-hal yang tidak masuk akal,” ujarnya.

Ia juga mendorong para alumni untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, tanpa terlalu memikirkan kendala biaya.

“Nggak sekarang kuliah, mungkin putra kita. Kalau bukan putra kita, mungkin cucu kita,” tuturnya.

“Nggak usah mikir mau jadi apa, nggak usah khawatir. Yang penting sungguh-sungguh dan yakin. Terutama yakin. Mantabkan dalam hati bahwa jika lanjut kuliah, maka Allah yang menjamin (rezekinya),” sambungnya, menyemangati para hadirin.

Bagi Sakir, menuntut ilmu dan menjaga hubungan dengan pesantren adalah bentuk ikhtiar untuk terus mendapatkan barokah dalam hidup. Testimoni tulusnya menjadi penyemangat bagi seluruh alumni untuk terus menjaga semangat keilmuan dan spiritualitas yang mereka warisi dari pesantren. (Ludi/Rd)

 

Komentar